Upacara Peringatan Hari Ulang Tahun ke 76 Kemerdekaan Republik Indonesia Tahun 2021
KARANGANYAR - Komandan Kodim 0727/Karanganyar Letkol Inf Ikshan Agung Widyo Wibowo, S.I.P, menghadiri Upacara Peringatan Hari Ulang Tahun ke 76 Kemerdekaan Republik Indonesia Tahun 2021, di Alun Alun Kabupaten Karanganyar, Selasa (17/08).
Sambutan Gubernur Jateng yang dibacakan oleh Inspektur Upacara Drs. H. Juliyatmono, MM (Bupati Karanganyar) Hari ini adalah tahun kedua kita merayakan kemerdekaan ditengah Pandemi, seratus ribu lebih saudara kita gugur, tiga juta lebih saudara kita merasakan perih, banyak orang bertumbangan, pedagang, pengusaha, karyawan termasuk tenaga medis. Bukan hanya sektor perekonomian dan kesehatan, hampir seluruh lini kehidupan terkena pukulan telak Pandemi ini..
Setiap hari, kabar orang meninggal maupun usaha yang gulung tikar kita dengar. Grup-grup WhatsApp dan media sosial, berubah jadi ruang penebar duka dan do'a. Sedih, capek, marah dan muak bergantian masuk di dada, seolah-olah sudut untuk kita bahagia sudah tidak tersisa. Seolah-olah, kehidupan yang aman dan nyaman sudah tidak ada. Panjenengan semua jadi saksi betapa beratnya perjuangan kita, terlebih perjuangan teman teman tenaga medis untuk mengalahkan pandemi. Bahkan demi keselamatan kita, lebih dari 1400 tenaga kesehatan meninggal dunia, 110 diantaranya adalah tenaga kesehatan dari Jawa Tengah.
Maka ditengah upacara kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 2021, saya ingin memberi hormat setinggi-tingginya kepada para tenaga kesehatan. Kami bersama kalian. Dengan hazmat yang saya pakai ini, saya berharap dapat ketularan semangat dan spirit kemanusiaan para tenaga medis ditengah pandemi. Semangat dan spirit itu, juga saya harapkan menular pada panjenengan semua yang saat ini sedang menjalani isolasi. Panjenengan tidak sendirian. Yang penting, kita harus terus berjuang untuk pulih dan meningkatkan imun, jangan loyo apalagi nglokro.
Setiap hari saya keliling bertemu bakul sayuran, berjumpa tukang becak, pedagang asongan sampai penjaja koran. Semua mengatakan betapa beratnya bekerja ditengah pandemi ini. Mereka pun sekuat-kuatnya tetap mencari nafkah. Mereka tidak mau menyerah, mereka menolak kalah. Semangat beliau-beliau itulah yang mesti kita jadikan contoh untuk terus saling menguatkan. Terutama menguatkan mereka yang telah ditinggal anggota keluarganya karena corona.
Saat ini, di Jawa Tengah, lima ribu empat ratus anak-anak telah kehilangan orangtuanya. Sekarang tidak ada lagi yang bisa dipanggil bapak, tidak ada lagi yang mereka panggil ibu. Tidak ada yang ngasih uang jajan, apalagi ngajak liburan. Untuk sekedar pelipur lara, Pemprov Jateng telah mengirim paket bantuan pada mereka. Beberapa Pemerintah Kabupaten Kota juga telah melakukan hal serupa. Termasuk teman-teman kepolisian dan juga TNI. Mungkin itu belum cukup, kita masih harus membantu mereka dalam hal pendidikan dan mendampingi mereka meraih masa depan. Perjuangan bersama-sama seperti inilah yang akan membuat masyarakat semakin kuat menghadapi cobaan yang sangat dahsyat.
Kita semua tahu, Proklamasi Kemerdekaan bukanlah ujung perjuangan. Nyatanya, setelah Bung Karno dan Bung Hatta membacakan naskah proklamasi, Indonesia masih harus berperang melawan agresi militer Belanda, masih harus perang membebaskan Irian Barat. Pertempuran demi pertempuran masih harus dihadapi bangsa kita. Dari Pertempuran Surabaya, Pertempuran Ambarawa, Pertempuran Lima Hari di Semarang, Perang Puputan Bali serta pertempuran-pertempuran melawan pemberontakan saudara sendiri. Di masa sekarang ini, pertempuran dalam medan dan cara yang berbeda juga terus kita alami. Melawan kemiskinan, melawan kebodohan, melawan narkoba, terorisme dan radikalisme. Kita juga masih harus bertempur habis-habisan untuk menegakkan kedaulatan politik, menegakkan kemandirian ekonomi, menegakkan kepribadian yang berkebudayaan.
Tapi sudahkah kita berdaulat? Sudahkah kita mandiri? Sudahkah kita memiliki pribadi berkebudayaan? Belum bapak ibu saudaraku sekalian. Masih jauh panggang dari api. Dan pandemi ini benar-benar jadi kaca benggala yang sempurna untuk kita menilai diri sendiri. Di satu sisi, covid memang telah melumpuhkan kita. Tapi disisi yang lain, si covid ini justru menampar kesadaran bahwa perjuangan harus terus kita lakukan. Cita-cita kemandirian harus kita wujudkan.
Percuma selama ini kita menyebut diri sebagai bangsa besar, kalau ternyata riset saja masih lemah. Percuma kita membanggakan diri sebagai bangsa adiluhung, kalau laboratoriumnya masih jadul, tidak bisa diadu dikancah dunia. Mulai sekarang, ayo gotong royong, bahu membahu menyiapkan segala hal. Kita tingkatkan riset ilmu pengetahuan, kita perbanyak laboratorium dan tingkatkan kelasnya. Apa kita tidak ingin bisa bikin obat-obatan sendiri, menciptakan vaksin, reagen dan alat kesehatan sendiri? Masak untuk mencukupi kebutuhan masker saja kita harus import? Apa kita tidak malu?
Kedaulatan dan kemandirian ini bukan hanya untuk sektor kesehatan saja. Sektor pertanian dan pangan, sektor kemaritiman, energi sampai teknologi kita juga harus berdaulat dan mandiri. Kita ini mestinya jadi lumbung pangan dunia, bukan sebagai penerima bantuan pangan. Kita ini mestinya jadi raja di lautan, bukan tempat pelarian apalagi ladang pencurian. Juga demikian untuk sektor energi dan teknologi. Semua nikmat yang tercurah di negeri ini, saya haggul yakin, bisa jadi kendaraan untuk mewujudkan kedaulatan dan kemandirian di segala bidang.
Jangan sampai 10-20 tahun mendatang ketika misalnya terjadi pandemi lagi, kita masih sama seperti ini, terperosok dan terseok-seok seperti ini. Hanya keledailah yang akan jatuh ke lubang yang sama. Kita menolak jadi bangsa keledai. Kita Bangsa Indonesia, Garuda lambang negaranya. Garuda kita harus terbang, mengepakkan sayap menuju kejayaan. Saya berdo'a kepada Tuhan Yang Maha Esa agar seluruh rakyat Indonesia, seluruh Bangsa Indonesia diberi karunia kekuatan hati dan pikiran untuk mewujudkan kemakmuran. Tidak mulai besuk, tidak mulai lusa tapi Sekarang,"pungkasnya.(Lam-Kra27)